Halo, semuanya! Ketemu lagi sama aku Bilqis Jauhar An Nuri yang berperan sebagai Bendahara. Aku disini mau ceritain pengalaman aku selama projek ke-1
Jauh sebelum projek dimulai. Kelas kami bagaikan orang asing yang dipaksa satukan dengan wujud persatuan dalam pendidikan bernama kelas. Harapan yang tinggi dan besar bagai bentala saat itu, membayangkan betapa bingungnya memilih jurusan sejak dulu. IPA atau IPS menjadi perdebatan jangka panjang. Tetapi, aku ingat sekali saat itu, raut wajah kecewa para insan yang masih memiliki cita-cita setinggi harapan, seakan wujud kecewa itu sulit untuk diekspresikan kembali.
Maksudku, saat sekolah mengumumkan bahwa kurikulum saat itu berganti, kami semua tentu saja merasakan rasa kecewa yang muncul juga beban yang perlahan mulai tumbuh saat pengumuman pembuatan projek diumumkan setelahnya. Sebutan angkatan pertama dari kurikulum penggerak tentu saja menumbuhkan beban baru. Tidak ada gambaran, tidak ada motivasi, tidak ada yang dijadikan pencerminan. Aku yakin, karena gabungan dari faktor itu semua pula lah kami yang berkumpul dalam sebutan Kelompok 5 untuk projek sangatlah canggung.
Kecanggungan dan ketidak tahuan harus melakukan itulah yang membuat kelompok kami tertahan beberapa hari. Sudah lama siang dan malam terus berganti, kelompok kami belum melakukan perkembangan yang meningkat. Memang sulit saat berada dalam posisi yang mengharuskan mengerjakan sesuatu tanpa ajaran khusus dan harus menyelesaikannya dengan waktu singkat. Namun, tentu saja kelompok kami tidak akan terus diam seakan meminta bantuan pada Tuhan dan Alam. Saat kesadaran telah hadir kami segera bangkit dan kelompok kami mulai melakukan observasi.
Tema yang ditentukan sekolah untuk projek pertama yaitu "Kearifan Lokal", tentu saja sebelum kami berdiri mencari narasumber, kami berdiskusi tentang hal apa yang akan kami jadikan bahan dari laporan projek kami. Setelah diskusi panjang, kami memutuskan memilih topik "Batik Khas Sukabumi."
Yang kami pilih untuk melakukan wawancara dan dijadikan bahan laporan adalah Batik Kenarie dan Batik Lokatmala. Setiap hari kami berkumpul untuk membahas pertanyaan apa yang akan diberikan kepada narasumber. Persiapan lainnya dan waktu juga menjadi bahan diskusi kami. Setelah kami menentukan berbagai pertanyaan dan menentukan waktu yang pas, kami mendatangi narasumber berada dan mulai melakukan wawancara. Pada tahap wawancara memang ada sedikit kendala karena pemilik toko dari Batik Kenarie sedang ada halangan sehingga tidak bisa melakukan wawancara secara langsung. Kami memutuskan untuk mewawancarai pemilik toko Batik Kenarie secara online. Sementara untuk wawancara yang dilakukan bersama pemilik Batik Lokatmala untungnya tidak ada kendala atau masalah yang terjadi.
Hingga saat semua bahan telah dikumpulkan, kelompok kami segera menyelesaikan laporan. Kami memang sangat kewalahan, ditambah tuntutan revisi yang terus kami lakukan membuat kami harus bekerja kembali. Di saat itu pun pembimbing kami menyemangati dan membantu kami hingga kami mulai mencoba semuanya dengan lebih santai. Pada saat waktu pengumpulan semakin dekat, kami semua memaksa waktu kami untuk dihabiskan selama setengah hari bahkan lebih hanya untuk mengerjakan laporan. Semua kelelahan kami sungguh terlihat, namun kami sangat bangga dengan hasil dari kerja keras kami. Dari kerja keras kami lah, kelompok kami mendapat pujian untuk laporan projek kami dari pengawas yang menilai kami saat presentasi akhir.
Saat ini mungkin segitu dulu saja pengalaman yang aku bagikan pada saat pelaksanaan projek ke-1, aku akan sangat senang bila kalian menghargai kerja keras kami. Maka dari itu, mohon liat konten cerita dari yang lainnya juga ya~! Terima kasih banyak!
Salam hangat, Bilqis Jauhar An Nuri
15-06-2022