Halo semua, bertemu lagi dengan saya, Muhammad Mukhlis Saputra. Disini saya akan menceritakan pengalaman yang saya alami selama projek ke-1
Pada saat kami akan mendaftar ke SMANSA awalnya kami tidak memiliki bayangan akan "projek" ya, kami merupakan murid-murid angkatan pertama dalam kurikulum penggerak, dimana dalam kurikulum ini setiap siswa wajib mengikuti 3 projek pertahunnya, pada awalnya saya mengira bahwa kurikulum baru ini tidaklah jauh berbeda, namun nyatanya kurikulum ini sangatlah berbeda, ketika pertama masuk SMA kami tidak memilih jurusan, jadi hampir semua mata pelajaran kami pelajari.
Mengenai projek pertama kami, sekolah menentukan tema projek tersebut, tema yang kami pilih ialah "nilai budaya batik kenarie dan barik lokatmala sebagai batik khas sukabumi", kemudian kami sekelas dibagi menjadi beberapa kelompok, saya berada di kelompok 5, kelompok pertama kelas saya...jadi penamaan kelompok diurutkan dari kelas 10.1-10.12, oh iya karena tidak ada penjurusan maka penamaan kelas menjadi 10.1 sampai 10.12, saya berada di kelas 10.2...nah pada awalnya kami dibagikan kelompok secara acak, juga dengan pembimbingnya. Pada pertemuan projek pertama beberapa kali dilakukan secara online dikarenakan kami masih dalam kondisi pandemi, beberapa kali kami datang ke sekolah untuk membahas projek ini. Awalnya kami masih merasa canggung untuk saling berkomunikasi namun seiring berjalannya kegiatan kami pun mulai untuk saling berinteraksi, tahap pertama yang kami lakukan adalah memilih topik yang sesuai dengan tema projek pertama kami, disitu saya memberikan beberapa pilihan yang bisa digunakan, walaupun pada akhirnya kami tidak memilih untuk mengunjungi tempat wisata.
Singkat cerita, kami telah menentukan topik yang akan kami bahas, topik tersebut merupakan batik...sekarang masalahnya adalah menentukan tempat produksi batik yang ingin kami kunjungi, pada saat itu kelompok kami belum mendapati ketua kelompok, wakil ketua kelompok, bendahara dan sekretaris. Maka kami semua melakukan segala hal bersama, kemudian kami memilih batik kenarie sebagai objek studi kami..tanpa banyak basa basi teman kami mencari informasi tentang batik kenarie, kemudian membuat janji pertemuan dan izin untuk mewawancarai serta mengambil dokumantasi, pada awalnya kami sudah yakin dengan hasil yang akan kami peroleh, sampai pada saat kami mengunjungi batik kenarie. Narasumber yang merupakan pemilik dari batik tersebut berhalangan hadir, oleh karena itu kami hanya datang untuk mengambil dokumentasi tempat batik kenarie itu.
Ya, begitulah keadaannya pemilik dari batik kenarie merupakan orang yang sibuk, kelompok lain sudah memulai riset mereka, namun kelompok kami masih menunggu sambil berdiskusi tentang apa saja yang akan kami tanyakan, singkat cerita wawancara dengan pemilik batim kenarie tidak berlangsung lancar, sehingga kami membuat janji dengan pemilik batim lokatmala, dan pemilik nya sangat antusias sehingga hanya dalam waktu 2 hari kami sudah bisa mewawancarai beliau, lega rasanya setelah kami selesai mawawancarai, jelas....karena wawancara itu penting untuk keberlangsungan laporan projek kami.
Wawancara kami tidak berhenti disitu, pada akhirnya kami berhasil mewawancarai pemilik batik lokatmala secara online, dan kami pun berkumpul untuk mengerjakan laporan projek. Hampir semua anggota kami berkontribusi dalam penyusunan laporan itu, kami menggunakan Google Doc agar penyusunan dapat dilakukan secara online, sehingga kami dapat mengerjakan laporan kami tanpa harus berkumpul di satu tempat, kami juga menggunakan aplikasi meeting online untuk berdiskusi mengenai pengerjaan laporan.